Jalur Kereta Api SS/KAI Bangil - Banyuwangi (1884 - Sekarang)
Jalur kereta api Bangil menuju Banyuwangi merupakan salah satu jalur kereta api yang ada di Pulau Jawa, terutama untuk wilayah timur Pulau Jawa. Jalur ini melintasi beberapa kabupaten di Jawa Timur seperti Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Jember dan Banyuwangi. Jalur ini menjadi salah satu moda transportasi utama bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Bali, karena stasiun terminus dari jalur ini (Stasiun Banyuwangi Baru) sangat dekat dengan Pelabuhan Penyeberangan Ketapang.
Jalur ini dibangun oleh StaatsSpoorwegen (SS) secara bertahap mulai dari Tahun 1884 dari Bangil sampai Probolinggo. Pembangunan kemudian dilanjutkan beberapa tahun kemudian, dan tersambung sampai ke Klakah pada Tahun 1895, dari Klakah hingga Kalisat pada Tahun 1897, Kalisat hingga Glenmore pada Tahun 1902, dan Glenmore hingga Banyuwangi Lama pada Tahun 1903.
Sampai tulisan ini dibuat, jalur ini masih Single Track dengan jenis rel R54. Jarak tempuh dari Bangil hingga Banyuwangi dengan kecepatan standar kereta dapat ditempuh sekitar 4-5 jam. Di jalur ini terdapat dua terowongan, dengan salah satunya adalah terowongan kereta terpanjang yang masih aktif, yaitu Terowongan Mrawan.
Dalam perkembangannya, jalur dari Stasiun Kabat menuju Stasiun Banyuwangi dinonaktifkan pada Tahun 1988, setelah jalur dari Kabat menuju Banyuwangi Baru diselesaikan pada Tahun 1985. Jalur menuju Banyuwangi Baru dibangun untuk mempermudah akses dari Pulau Jawa menuju Bali dan sebaliknya, melalui jalur kereta api.
Dari seluruh stasiun yang pernah dibangun, baik oleh Staatsspoorwegen maupun Pemerintah Indonesia, sebagian besar masih aktif, dan beberapa diantara sudah non aktif, walaupun bangunannya masih ada. Beberapa stasiun/halte non aktif yang masih ada bangunannya antara lain Stasiun Gununggangsir, Jorongan, Jati, Sumbersalak, Kempit, Kraton, Nguling, Buwek, Kaliboto, Sumberbaru, Petung, Krikilan, Kabat lama, Kabat baru, Dadapan dan Banyuwangi Lama. Sementara stasiun non aktif yang bangunannya sudah hilang adalah Stasiun Gambirono, Kaliwates, dan Pondokdalem.
Jalur ini dibangun oleh StaatsSpoorwegen (SS) secara bertahap mulai dari Tahun 1884 dari Bangil sampai Probolinggo. Pembangunan kemudian dilanjutkan beberapa tahun kemudian, dan tersambung sampai ke Klakah pada Tahun 1895, dari Klakah hingga Kalisat pada Tahun 1897, Kalisat hingga Glenmore pada Tahun 1902, dan Glenmore hingga Banyuwangi Lama pada Tahun 1903.
Stasiun Tanggul Kondisi Tahun 2018 |
Sampai tulisan ini dibuat, jalur ini masih Single Track dengan jenis rel R54. Jarak tempuh dari Bangil hingga Banyuwangi dengan kecepatan standar kereta dapat ditempuh sekitar 4-5 jam. Di jalur ini terdapat dua terowongan, dengan salah satunya adalah terowongan kereta terpanjang yang masih aktif, yaitu Terowongan Mrawan.
Dalam perkembangannya, jalur dari Stasiun Kabat menuju Stasiun Banyuwangi dinonaktifkan pada Tahun 1988, setelah jalur dari Kabat menuju Banyuwangi Baru diselesaikan pada Tahun 1985. Jalur menuju Banyuwangi Baru dibangun untuk mempermudah akses dari Pulau Jawa menuju Bali dan sebaliknya, melalui jalur kereta api.
Dari seluruh stasiun yang pernah dibangun, baik oleh Staatsspoorwegen maupun Pemerintah Indonesia, sebagian besar masih aktif, dan beberapa diantara sudah non aktif, walaupun bangunannya masih ada. Beberapa stasiun/halte non aktif yang masih ada bangunannya antara lain Stasiun Gununggangsir, Jorongan, Jati, Sumbersalak, Kempit, Kraton, Nguling, Buwek, Kaliboto, Sumberbaru, Petung, Krikilan, Kabat lama, Kabat baru, Dadapan dan Banyuwangi Lama. Sementara stasiun non aktif yang bangunannya sudah hilang adalah Stasiun Gambirono, Kaliwates, dan Pondokdalem.
Asumsi saya setelah Stasiun Banyuwangi ada percabangan juga yang menuju ke barat selain ke Banyuwangi Gudang, tidak ada catatan stasiunnya kemungkinan namanya Stasiun atau Halte Banyuwangi pasar/Banyuwangi alun-alun karena ke arah pasar tradisional dan lanjut ke alun-alun kota.
BalasHapusKarena plang tanah milik KAI masih terpampang di utara Kodim, dan jaraknya sudah jauh dari jalur yang tergambar disini melihat lengkungan jalannya juga sangat masuk akal kalau itu bekas rel kereta.
lengkungnya sangat masuk akal, nanti coba saya cari tahu juga
Hapus