Jalur Kereta Api MTSM/PJKA Pulau Madura (1898 - 1987)
Pembangunan
jalur kereta api di Pulau Madura diinisiasi pertama kali pada Tahun 1898 oleh
perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda Madoera Stoomtram Maatschappij
(MSTM). Jalur yang pertama kali dibangun adalah dari Pelabuhan Kamal menuju
Bangkalan dan Tunjung melalui Telang, yang diselesaikan pada Tahun 1899. Pada
Tahun 1900 pembangunan jalur kereta ke arah timur dilanjutkan secara masif, dan
dapat diselesaikan dari Tunjung ke Kwanyar melalui Tanahmerah, dan dari arah Kalianget,
Sumenep, Pamekasan, hingga ke Tanjung. Pada tahun berikutnya, kedua jalur terhubung
dengan terselesaikannya pembangunan jalur dari Kwanyar ke Tanjung melalui
Blega.
Jalur ini bertahan sampai sekitar 10 tahun ke depan dan menjadi salah satu moda transportasi utama di Madura, baik untuk angkutan barang (terutama produk garam) maupun penumpang. Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi perjalanan kereta, MTSM kemudian membangun jalur shortcut dari Kamal ke Kwanyar melalui Batuporong, yang diselesaikan pada Tahun 1913. Melalui jalur shortcut ini, penumpang dari arah Sumenep yang ingin langsung ke Kamal tidak harus memutar melalui Bangkalan.
Penggunaan
layanan kereta api di Madura sepertinya sempat terganggu akibat krisis ekonomi
Tahun 1930-an (yang menutup banyak pabrik gula di Jawa), dimana pada Tahun
1936, rute dari Tanahmerah ke Kwanyar ditutup. Pada tahun berikutnya menyusul
rute Pamekasan – Sumenep – Kalianget yang ditutup, tapi penutupan rute
Pamekasan – Kalianget ini masih simpang siur, karena berdasarkan informasi,
baik dari literatur maupun penelusuran beberapa youtubers spesialis jalur
kereta api non aktif yang banyak bertemu saksi sejarah di Madura, penutupan
Jalur dari Pamekasan ke Kalianget dilakukan oleh Pemerintah Jepang pada Tahun
1940-an untuk mendukung kepentingan perang. Pemerintah Jepang juga menetapkan
kawasan Batuporong sebagai kawasan militer, oleh karena itu kereta api sipil
dilarang melewati lintas Kwanyar – Kamal melalui Batuporong, sebagai
alternatifnya, Pemerintah Jepang membangun shortcut kedua dari Telang melewati
Labang dan Sukolilo utara (Buddan) dan menyambung di jalur eksisting diantara
Stasiun Sukolilo lama dan Stasiun Kwanyar.
Setelah
kemerdekaan, peran kereta api sebagai moda transportasi utama di Madura mulai
berkurang, seiring dengan popularitas kendaraan pribadi dan angkutan umum bus.
Jumlah penumpang terus berkurang, sarana dan prasarana juga tidak terawat
dengan baik. Dan akhirnya, sebagaimana jalur non lain di Pulau Jawa, layanan
kereta api di Madura dinonaktifkan total pada Tahun 1984 -1987. Meskipun sudah
puluhan tahun non aktif, bekas – bekas jalur kereta masih nampak jelas, dan rel
– rel yang tersisa kebanyakan masih dapat dilihat, terutama di sepanjang jalan
raya yang dilewati rel (mengingat jalur rel di Madura merupakan jalur tram yang
bersisian dengan jalan raya). Sebagian jalur rel yang lain banyak yang
terpendam, dan sisanya hilang terkena abrasi, terutama jalur rel yang berada di
Pantai Selatan Madura.
MTSM banyak
membangun stasiun dan pemberhentian di berbagai kota dan kecamatan di sepanjang
jalur rel. Stasiun besar MTSM antara lain di Kamal, Bangkalan, Kwanyar,
Sampang, Pamekasan, Blega, Sumenep dan Kalianget. Berbagai pemberhentian kecil
juga banyak dibangun. Menelusuri stasiun
– stasiun di Madura merupakan salah satu pekerjaan paling sulit yang pernah
dilakukan di blog ini. Hal ini dikarenakan tidak semua stasiun tercantum di
buku jarak DKA. Sumber primer lain tentang keberadaan stasiun diperoleh juga
dari peta kuno di Universitas Leiden dan juga buku panduan jadwal kereta api Hindia
Belanda (reisgids) yang dibuat tahun 1915. Nama stasiun yang diberi tanda Tanya
(?) merupakan lokasi perkiraan (berdasarkan toponimi wilayah dan reisgids)
karena tidak ada informasi penguat (baik dari buku jarak maupun peta) yang bisa
menunjukkan lokasi pasti stasiun. Stasiun – stasiun yang pernah ada sebagian
besar sudah hilang, dan kini hanya menyisakan Stasiun Sampang, Blega, Modung,
Sukolilo, Tanjung, Kedungdung, Labang dan Sukolilo Baru yang masih eksis.
Referensi dan bacaan lebih lanjut:
http://irps.or.id/catatan-sejarah-perkeretaapian-indonesia-di-tanah-madura/
https://kabarpenumpang.com/jalur-kereta-di-pulau-madura-terlupakan-meski-nyaris-dihidupkan-kembali/
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3503161/sepenggal-cerita-masa-kejayaan-kereta-api-di-madura
Komentar
Posting Komentar